Sabtu, 29 Juli 2017

Angin Lokal di Indonesia

Semalem buka-buka lagi diktat pas kuliah, judul bukunya Geografi Indonesia penulisnya adalah ibu Eva Banowati. Buku itu cetakan tahun 2011. Di sini kita bahas tentang angin lokal di Indonesia.
Sebelum kita ke macam-macam angin lokal yang ada di Indonesia, kalian udah tau belum apa itu angin?
Angin adalah udara yang bergerak. Angin bergerak dari tekanan yang maksimum ke daerah yang bertekanan minimum. Sebenarnya ada berbagai jenis angin di dunia, kalau aku sih punya cara untuk menghafal nama angin karena nama angin biasanya diambil darimana dia berhembus. Contoh angin gunung, berarti angin berhembus dari gunung menuju lembah. Berarti tekanan maksimum ada di daerah gunung. Gampang kan?
Nah sekarang kita bahas materi yang ada dibuku. Ada beberapa macam angin lokal yang berhembus di Indonesia, yaitu:

  • Angin Lembah -  Angin Gunung

Di daerah yang letaknya berdekatan dengan gunung dapat dirasakan adanya tiupan angin lembah dan angin gunung. Pada siang hari, puncak gunung merupakan daerah minimum (udara mengembang karena pemanasan), sedangkan dibagian lembah terjadi tekanan maksimum. Akibatnya udara bergerak dari lembah menuju puncak gunung disebut sebagai angin lembah. Pada malam hari terjadi peristiwa sebaliknya, yang disebut angin gunung.
Ayo siapa yang rumahnya dekat gunung? Kalian bisa amati sendiri

  • Angin Darat dan Angin Laut

Bertiup secara bergantian di daerah pantai yang diakibatkan oleh pergantian letak daerah maksimum di darat dan di laut secara lokal yang diakibatkan oleh perbedaan sifat dalam menerima panas. Daratan akan lebih cepat menyerap dan melepaskan panas dibandingkan laut. Pada siang hari terjadi angin laut sedang pada malah hari terjadi angin darat.
Nah biasanya angin darat dimanfaatkan para nelayan jaman dulu untuk berlayar, dan angin laut untuk pulang berlayar.

  • Fohn (Angin Terjun) 

Terjadi di beberapa daerah di Indonesia yang mempunyai sifat merusak terhadap tanaman perkebunan. Misalnya angin: Bohorok di Deli (Sumatera Utara), Kumbang di Cirebon (Jawa Barat),  Gendhing di Pasuruan (Jawa Timur), Wambraw di Biak (Papua), dan Brubu (Sulawesi Selatan). Angin fohn mempunyai sifat panas dan kering, sebab ketika turun di daerah bayang-bayang hujan sudah tidak mengandung uap air.

  • Angin Puyuh (Angin Puting) 

Di Indonesia sebenarnya tidak terjadi angin Taifun, namun kadang-kadang terkena pengaruh angin kencang terutama di daerah yang terletak di bagian ujung utara (Kepulauan Sangir-Talaud) dan di bagian ujung selatan (Timor dan Roti). Angin kencang yang terjadi di Indonesia umumnya hanya bersifat lokal dan berupa angin puting beliung (angin kencang berpusing). Terjadi sebagai akibat pemanasan di daerah setempat yang cukup tinggi sedangkan suhu di daerah sekitarnya berada di bawahnya (lebih rendah). Bertiup dengan arah ke atas dan berputar, biasanya terjadi pada musim pancaroba (Maret-April dan September - Oktober).
Membahas angin puting beliung jadi ingat ada siswa yang bertanya apakah angin puting beliung termasuk angin Siklon? Sekarang, apa sih angin siklon itu? Angin siklon merupakan angin yang berhembus menuju atau masuk ke daerah pusat tekanan rendah atau daerah depresi yang dikelilingi oleh wilayah- wilayah yang merupakan pusat tekanan tinggi, yang kemudian berputar mengelilingi garis- garis isobar.
Menurut Hukum Buys Ballot, di belahan bumi selatan angin berbias ke kiri dan ke sebaliknya. Gerakan angin siklon yang ada di belahan bumi sebelah utara berlawanan dengan putaran arah jarum jam. Sementara angin yang ada di belahan bumi selatan searah dengan jarum jam.
Kalau menurut penjelasan sebelumnya tentang angin puyuh terjadi karena daerah setempat mendapat pemanasan cukup tinggi (memiliki tekanan udara yang mininum), sedangkan daerah sekitarnya bersuhu lebih rendah (mempunyai tekanan maksimum). Maka kesimpulan yang dapat kita ambil, berarti angin puyuh bisa dikatakan sebagai angin siklon. Karena Indonesia berada di daerah tropis, maka disebut angin siklon tropik.

Daftar pustaka:
Banowati, Eva. 2011. Geografi Indonesia. Semarang: Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar